Ingin seperti istri Hanzhalah
Sunday, December 14, 2008
Lelaki itu bingung dalam kebimbangan akan calon pendamping hidupnya. Bagaimana pula, buah yg terlanjur dimakan dapat menyeretnya pada pusaran risau permintaan si pemilik buah.
”Akan aku ikhlaskan buah yg kau makan itu, dengan syarat.. nikahi putriku lebih dulu. Dia seorang yg bisu, buta, lagi lumpuh..”
Demi menjaga iman dan taqwa pada ALLAH, dengan tekad bersihnya..dia-pun berujar..
”Jika itu dapat membuat anda ridho dengan apa yg berada dalam perutku, maka nikahkan-lah aku dengan putrimu..”
Lelaki itupun menikahi putri pemilik kebun, yang sekalipun belum dipandangnya..hanya bermodalkan 3 hal mengenainya; bisu, buta, lumpuh.
Cukup Iman, kata arahan hati..dan itu melepaskan dirinya dari pusaran keraguan itu.. Sungguh, ALLAH tak pernah lalai dengan menyia2kan hamba-NYA.
**SubhanaLlah, aku sering kali membaca riwayat ini, tapi paling terenyuh saat dilisankan oleh ustadz Abdurrahman, pengisi ta’lim masjid dekat rumahku. Seorang berlisan bersih -insyaALLAH- yg tiap kali membicarakan kematian, berlinanglah air matanya. Aku termangu dalam untaian katanya..lalu berbisik tenang.. ”Alangkah bahagia perempuan itu, ia dipinang karena penjagaan iman dan taqwa calon suaminya”
——
Masih dalam temarang malam pengantin, Hanzhalah bin Abu Amir memadu kasih dengan pengantinnya. Pintu kamarnya digedor2 dari luar. Rupanya panggilan jihad telah memanggil. Bukan pelukan lebih erat lagi yg disodorkan oleh si istri, melainkan melepas suka rela. Hanzhalah segera beranjak, turun dari singgasana bulan madu..karena panggilan mulia berperang lebih indah didengarnya. Dalam perang Uhud tersebut, Hanzhalah tertikam hingga dikafani dengan gelar syahid..bermandi wewangian yg digayuh oleh malaikat. Indah…
**Klopun ada yg menguatkan langkah2 ini, riwayat teladan inilah yg terus ku ngiangkan di kepalaku. Agar kelak dapat terus kutampik telak keraguan2 mereka yg enggan memaknai juang ini. Pernah kututurkan cerita ini pada suatu diskusi bersama sodara2 kader lainnya. Terbesit tanya..adakah aku mampu menjadi seorang istri yg setangguh pengantinnya Hanzhalah, yg sanggup lepaskan suami untuk sebuah tugas yg lebih panjang visi-nya. Tidak menganggap romansa sebagai sebuah pe-lena apalagi tujuan dari mitsaqon ghaliza nun indah itu. Kebersamaan 2 jasad bukanlah satu2nya pilihan, seperti halnya yg pernah dialami oleh mereka2 yg sudah membuktikan hal itu. Aku-pun mengingatkan diri.. ”Takkan pernah mampu aku mengukur diri, sebelum DIA memberiku peluang utk membuktikannya..”
*12Des, 10.09AM, catatan pertama sebagai seorang istri, semenjak 3 hari terpisah dgn belahan jiwanya..masih dengan hening sepi lagi dingin di tengah desember, depok. Ishbir... ^_^.
Utk suami tercinta.. Uhibbuka FiLlah..!. FiLlah…FiLlah.. !posted by deen @ 2:13 PM,