Masalah feminisme belakangan ini menjadi wacana sendiri bagi sy, mendadak tertarik banget dgn kondisi perempuan di jaman ini. Berkaca pada diri, yg kini menjadi seorang pekerja yg bergulat di dunia mayoritas Adam, membuat sy semakin mawas.. Ada sedikit riak2 takut yg timbul dalam hati, khawatir dan cemas. Akankah sy terperosok pada keterlenaan untuk mengaktualisasi potensi diri, lantas melupakan sisi ke’ibu’an sy..
Sungguh, ada rasa cemas, saat para perempuan rame meninggalkan rumahnya lalu mengisi kursi2 pekantoran. Bukan soal mereka mampu membuktikan diri di dunia kerja, melainkan bagaimana kondisi rumah-nya sebagai ”workcentre”mereka.
Berangkat dari keinginan untuk melawan ketertindasan perempuan di wilayah manapun, sekarang perempuan sudah menemukan lahan nyaman dalam berkarya. Tak lagi dikatakan makhluk lemah, perempuan bener2 sdh menemukan arti ’emansipasi’ itu. Bukan hal yg asing lagi, saat atasan ialah perempuan dan bawahannya adalah sekelompok lelaki. Negeri ini memang sudah membuka lebar2 wilayah perempuan untuk beraktualisasi diri. Walo masih terdengar, kesenjangan gender di beberapa sudut. Tapi heyy, perempuan dan lelaki bukankah sudah berbeda, keduanya sudah dilengkapi ”perlengkapan” untuk saling melengkapi. Apa jadinya jika keduanya meminta posisi yg sama..?
Sy juga bingung pada tmn2 yg memperjuangkan feminisme itu, mereka lantang meminta hak di setiap lini, tapi juga bungkam menyoal sodara2nya yg terpaksa menjual kemuliaannya sebagai perempuan. Mereka sibuk bicara di forum membahas sentimen2 para lelaki di dunia kerja, tapi sama sekali tak membahas bagaimana nasib2 anak bangsa yg juga sedang sibuk dengan dunia2 bejat, mengemis kasih tidak pada tempatnya lagi.
Betapa banyak anak perempuan yg kini jika ditanyakan ingin jadi apa besar nanti, nyaris tak ada lagi yg menjawab ingin menjadi ”istri dan ibu yang baik”. Ideologi individualisme dari barat emang sudah mewabah bangsa ini.
Menjadi manfaat bagi sesama ialah harapan setiap orang, mengaktualisasikan diri adalah asa2 yg tak boleh ditampik. Tapi terlalu semangat, hingga melupakan wilayah masing2, itu yg perlu kita cermati.
Tak ada soal melebarkan sayap hingga membentang negeri orang, tapi apakah negeri sendiri sudah terteduh karenanya?.
Selamat berkarya kawan, sungguh indah menjadi perempuan bukan?. Terlahir dengan sifat ibu ter ”built-up” di diri, kita juga berdaya sebagai partner kaum adam dalam hadapi globalisasi sekarang. Dan yg terkeren… ;), dari perempuan-lah terlahir peradaban itu.. Terpancang tiang negara awalnya dari tangan2 perempuan..