Prens, deen dah pindah rumah loh, pindah ke http://deen.co.nr

Tak suka

“Aku benci mereka yg menyombong2kan kekayaannya. Aku benci mereka yang telah yang mensia-siakan pendidikan.”


Sy lupa bagaimana redaksi benernya, yg jelas quote di atas ada di novel Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Suatu ungkapan dari si ikal ketika menyadari bahwa ternyata pendidikan terkadang juga bisa berpihak. Dan dalam cerita, pendidikan tidak berpihak pada seorang Lintang yg memiliki kejeniusan yg amat sangat. Kemiskinan dan ketergantungan keluarga pada diri Lintang, tak mampu memerdekakan kaki-kakinya untuk berangkat ke sekolah.

Sy suka dengan quote tersebut, sy sadarin, sedikit banyak juga memicu emosi sy. Yah!, sy pun tak suka dengan mereka yg mensia-siakan pendidikan. Sy tak suka dengan pelajar yg kebanyakan banyak maennya, menjerumuskan kehidupan mereka dengan sikap hedonis, hura-hura. Menggunakan biaya pendidikan yg telah diamanahkan oleh ortu mereka untuk sekedar menghabiskan usia di bangku2 sekolah dan kuliah. Buku dan pena hanya aksesoris belaka.

Sy tak suka mereka yg ogah2an ketika menuntut ilmu, tak menyadari potensi diri lantas bersikap pasrah dan menyerah dengan menerima predikat sebagai pemalas nun bodoh.

Sy tak suka mereka yg tak sadar dengan karunia yg telah ALLAH beri, kebebasan untuk menggali ilmu dengan selapang2nya, kebebasan untuk menunjukkan jati dirinya sebagai makhluk yg cerdas lagi manfaat.

Sy bertambah tak suka, ketika kurang dari 1 menit, TV menayangkan berita telah rubuhnya sekolah di suatu daerah terpencil lalu beralih ke tayangan iklan sinetron anak SMU tajir yg doyan pacaran. Keironisan sedang ditunjukkan, namun tiada peka.

Sy tak suka dan takkan pernah suka..

posted by deen @ 1:14 PM, ,



Karebosi baru=Produksi kapitalis?

Sy lupa kapan terakhir ke lapangan kebanggaan kota sy, Karebosi. Di tengah himpitan kota sesak Jakarta ini, sy cuman bisa diam sambil tekun menggali informasi mengenai kabar Karebosi sekarang, yang katanya sedang direvitalisasi. Sebuah perubahan demi kebaikan Karebosi katanya, agar lebih ciamik dan bermartabat.

Tapi sy masih ingat, bahwa di lapangan itu sy pernah sekedar berjalan2, berupacara 17agustusan, atopun mengunjunginya karena urusan sekolah dan hobi ato bahkan sekedar lewat2 sj. Sy tak tahu benar fungsi beserta tetek bengek, history bla2nya. Yang sy tahu, karebosi ialah kebanggaan kami. Adalah nol kilometer di kota Daeng, gelanggang olahraga, tempat kongkow para anak, sebagai tempat mengais rejeki beberapa pedagang kaki lima, dan oya.. di sana juga, tepatnya di sudut selatan ada warung Mas Panjul yang mie kuah ayamnya adalah favorit sy. Enak banget, kuahnya itu loh kental, porsinya banyak, bahan2nya komplit dan hmm… lom ada tandingannya di manapun, termasuk di Jkt, terakhir sy makan mie ayam mas Panjul tahun 2001. Asli enak banget..

*loh? kok jadi obrolin Mie Mas Panjul?.. maaf2, ok balik ke topik*

Sy setuju jika para pemkot menunjukkan keperhatiaannya pada karebosi dgn berinovasi mengupgrade fungsi karebosi. Jadi lebih cantik, lebih baik. Tapi setelah sy tahu bahwa agenda merevitalisasi itu dengan menggaruk lahan tanahnya, lantas lahannya dikomersialkan menjadi ruko, sy pesimis dengan agenda ini. Kenapa harus menjadi ruko?, kenapa mesti mall?. Dan lagi2, sistem perundangan2 dalam agenda ini tidak ditegakkan, lagi2 lebih mengarah ke aspek ekonominya, tanpa memperhitungkan aspek ekologi dan sosial. Tak berlebihan jika sy berprasangka, mungkinkah kaum kapitalis mulai berjelajah di kota kesayangan sy itu.?.

Karebosi, ke depan siap menampung tenaga kerja baru, tapi juga siap menjadi alasan banjir di tahun2 mendatang. Sesuatu yang dimulai dengan kebobrokan tak pernah berjalan dengan baik pula, itu sudah hukum pasti.

Jujur, sy lebih suka melihat lapangan karebosi apa adanya, dikelilingi oleh warung2 kaki lima seadanya, beberapa anak sekolah yg melintas, anak2 kecil yg baru sj latihan sepakbola lalu mendekati penjual jalangkote, atau melihat daeng2 becak yg tidur pulas di becaknya. Ketimbang membayangkan riuh dan ributnya transaksi jual beli.

Apa tak cukup mall2 yg sudah dibangun di kota kami itu?..Apa anak cucu Makassar hendak dididik berkonsumtif ria nantinya?. Miris banget.

*gambar dilink dari sini

posted by deen @ 7:46 PM, ,



The Movie of Ayat-ayat Cinta

Gak sabar ingin nonton film Ayat-ayat cinta. Kisah ini diadaptasi dari novel fenomenal, karya Kang Abik. Sekarang sedang ramai2nya dibicarain di beberapa milis. Ada yang dah duluan kecewa karena filmnya diperkirakan tidak sama dengan novel aslinya. *blom nonton kok dah kecewa duluan*. Ada juga yg dari melihat posternya saja, sudah prediksi filmnya akan jauh makna dari aslinya.

Kisah ini dibintangi oleh seorang mahasiswa asal Indonesia yang sedang kuliah di Al-Azhar Kairo, Mesir. Fahri namanya, yang diperankan oleh Fedi Nuril. Seinget sy ada 4 perempuan yang menjadi tokoh perempuannya. Aisyah(Rianti Cartwright), Noura(Zaskia Mecca), Nurul(Melanie Putri) dan Maria(Carissa Putri). Menceritakan tentang kisah cinta Fahri dengan berbagai konfliknya dengan beberapa perempuan di atas. Seorang tokoh yang extraordinary menurut sy, gape 3 bahasa, hapal Al-Quran, shalih, tampan. Yah, dambaan perempuanlah, dan tak salah jika intriknyapun seputaran perempuan juga. Namun demikian, tak lepas dari nilai-nilai moral yang menunjukkan bagaimana seorang muslim bersikap. Pokoknya keren!

Thrillernya bisa ditonton di sini

Senang, karena kini sastra islam sudah mulai tunjuk giginya. Yah, smoga saja tetap tidak mengurangi nilai-nilai islami itu sendiri. Yang jelas, 19 Desember nanti yang akan kita nikmati adalah film, bukan novel. Jadi sudah siap2 bilang "BEDA". Novel dinahkodai oleh Habiburahman El-Shirazy, filmnya dinahkodai oleh Hanung Bramantyo.

posted by deen @ 6:29 PM, ,