Prens, deen dah pindah rumah loh, pindah ke http://deen.co.nr

Karebosi baru=Produksi kapitalis?

Sy lupa kapan terakhir ke lapangan kebanggaan kota sy, Karebosi. Di tengah himpitan kota sesak Jakarta ini, sy cuman bisa diam sambil tekun menggali informasi mengenai kabar Karebosi sekarang, yang katanya sedang direvitalisasi. Sebuah perubahan demi kebaikan Karebosi katanya, agar lebih ciamik dan bermartabat.

Tapi sy masih ingat, bahwa di lapangan itu sy pernah sekedar berjalan2, berupacara 17agustusan, atopun mengunjunginya karena urusan sekolah dan hobi ato bahkan sekedar lewat2 sj. Sy tak tahu benar fungsi beserta tetek bengek, history bla2nya. Yang sy tahu, karebosi ialah kebanggaan kami. Adalah nol kilometer di kota Daeng, gelanggang olahraga, tempat kongkow para anak, sebagai tempat mengais rejeki beberapa pedagang kaki lima, dan oya.. di sana juga, tepatnya di sudut selatan ada warung Mas Panjul yang mie kuah ayamnya adalah favorit sy. Enak banget, kuahnya itu loh kental, porsinya banyak, bahan2nya komplit dan hmm… lom ada tandingannya di manapun, termasuk di Jkt, terakhir sy makan mie ayam mas Panjul tahun 2001. Asli enak banget..

*loh? kok jadi obrolin Mie Mas Panjul?.. maaf2, ok balik ke topik*

Sy setuju jika para pemkot menunjukkan keperhatiaannya pada karebosi dgn berinovasi mengupgrade fungsi karebosi. Jadi lebih cantik, lebih baik. Tapi setelah sy tahu bahwa agenda merevitalisasi itu dengan menggaruk lahan tanahnya, lantas lahannya dikomersialkan menjadi ruko, sy pesimis dengan agenda ini. Kenapa harus menjadi ruko?, kenapa mesti mall?. Dan lagi2, sistem perundangan2 dalam agenda ini tidak ditegakkan, lagi2 lebih mengarah ke aspek ekonominya, tanpa memperhitungkan aspek ekologi dan sosial. Tak berlebihan jika sy berprasangka, mungkinkah kaum kapitalis mulai berjelajah di kota kesayangan sy itu.?.

Karebosi, ke depan siap menampung tenaga kerja baru, tapi juga siap menjadi alasan banjir di tahun2 mendatang. Sesuatu yang dimulai dengan kebobrokan tak pernah berjalan dengan baik pula, itu sudah hukum pasti.

Jujur, sy lebih suka melihat lapangan karebosi apa adanya, dikelilingi oleh warung2 kaki lima seadanya, beberapa anak sekolah yg melintas, anak2 kecil yg baru sj latihan sepakbola lalu mendekati penjual jalangkote, atau melihat daeng2 becak yg tidur pulas di becaknya. Ketimbang membayangkan riuh dan ributnya transaksi jual beli.

Apa tak cukup mall2 yg sudah dibangun di kota kami itu?..Apa anak cucu Makassar hendak dididik berkonsumtif ria nantinya?. Miris banget.

*gambar dilink dari sini

posted by deen @ 7:46 PM,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home