Edisi kick andy pekan kemaren, menurut sy..the greatest edition. Ini sangat subyektif sekali loh.. Memang, di setiap edisi kick andy, selalu menguras daya mata batin bagi penontonnya untuk benar2 tepekur dgn sajian2 yg disediakan oleh tayangan 1 jam tersebut. Tapi kali ini?, sy bener2 harus kasi 4 jempol buat edisi kemaren. Bener2 inspiratif..ampe nangis bombay :D.
Mungkin kita dah liat iklan terbaru dari jamu tradisional produk kita sendiri, yg nayangin seorang cacat yg gape naek motor, menjual susu dan berwiraswasta untuk membuat kaki palsu. Sugeng Siswoyudhono, seorang yg lahir dgn sempurna, namun diusia 19 thn harus kehilangan sebelah kakinya karena kecelakaan. Sebuah kenyataan yg lebih pahit, ketika terlahir dgn sempurna, lalu DIA mengambil nikmat dari kita sebagai takdir yg harus terus dikecap dan dipelajari hikmahnya. Ketimbang mereka yg memang terlahir telah cacat. Bagi sebagian kalangan, cacat adalah akhir dari segalanya. Tapi Pak Sugeng beserta rekan2 justru melihatnya sebgai Rahmat untuk bersikap positif dibarengi syukur pada apa-apa yg ditentukan oleh Rabb.
Hukum sebab akibat memang harus terus diraih sebagai pelajaran bagi orang2 yg berpikir, namun pada akhirnya muara tawakkal adalah titik penghujung dari seorang hamba yg giat memaknai hidup. Taruhlah kaki sudah terambil, tapi ALLAH tak pernah mengorek2 kemuliaan hambaNYA karena lepasnya kaki dari tubuh. Melihat Pak Sugeng beserta rekan2 yg senasib, sy meyakini terang benderangnya daya fitrah yg terbekali sejak lahir pada mereka, yakni kemuliaan sebagai makhluk terbaik. Cacat tubuh tak ada korelasi sedikitpun dgn kemuliaan manusia.
Terpuruk pada buruknya nasib, merupakan keputusan prerogatif setiap individu. Dia mengejewantahkan keburukan nasibnya dengan kacamata yg buram, dangkalnya iman yg berwujud prasangka buruk pada ALLAH. Sebaliknya, Pak Sugeng justru mampu mengubah ratapan, keluhan serta cemoohan orang lain menjadi tiupan angin yg meniupnya bak layang2 yg terbang tinggi ke atas langit.
Lebih dari itu, sikap luhur selalu menelurkan sikap luhur berikutnya. Bersama kawan2 sekampungnya, Pak Sugeng mendirikan usaha membuat kaki palsu. Usaha yg dirintis mengusung nilai kebaikan dgn berikhlas pada siapa gerangan yg butuh kaki, maka tak perlu bingung dgn dana sebuah kaki.
Melihat tayangan menggugah tersebut, jd bertanya dalam hati. Seandainya, kaki yg berharga ini diambil oleh yg punya, kira2 siapkah sy?, mampukah sy berlapang dada seperti Pak Sugeng?, dan yang paling terpenting..bisakah sy tetap menjadi manfaat bagi sesama?. Menjadikan sabar sebagai kuda tunggangan ke akhirat..?..
Hmm, rasanya tidak akan bisa terjawab. Karena daya hati manusia tidak-lah dapat dikira-kira kecuali lewat sebuah realita, yakni ujian-NYA.